Saturday, March 23, 2019

Terimakasih Pernah Singgah




Pertemuan antara kamu dan aku terjadi begitu saja. Semuanya terasa begitu sederhana, tidak ada hal yang manis. Berawal dari story IG mu, aku iseng mengomentari jidatmu yang selebar bandara, aku hanya bisa tersenyum mengingat-ingat panggilan namamu, entah itu Ega, Dira, tapi kupilih Vimmy. Waktu berlalu begitu cepat, kedekatan kita semakin terjalin erat. Kehadiranmu membawa cerita lain dalam hidupku, kamu memberikanku perhatian yang sangat luar biasa sehingga membuatku terbiasa akan sapaan manismu, tawa canda yang kamu buat dan perlakuan manis darimu.

Sampai akhirnya kedekatan antara kamu dan aku ini menumbuhkan benih-benih cinta dalam diriku. Tanpa sengaja aku pun menaruh harapan padamu, sosok wanita yang telah mampu menyembuhkan rasa sakitku akan luka lama di masa lalu. Kugantungkan harapku padamu, dengan berharap kamu merasakan hal yang sama. Aku berikan kamu kesempatan untuk mengetuk pintu hatiku meski kamu tak memintanya. Aku berikan semua perhatianku padamu meski saat ini aku tahu kamu tak merasakan getaran akan perasaanku ini.

Apa kamu benar-benar tak merasakan akan getaran-getaran rasa yang telah kuciptakan untukmu? Aku tak percaya jika kamu tak memahami dengan apa yang aku lakukan untukmu. Apa hanya aku saja yang terlalu berharap, mengartikan semua tindakanmu sebagai cinta? Tapi apakah aku salah jika aku memiliki perasaan yang berbeda untukmu? Rasa nyamanku saat bersamamu semakin hari semakin tumbuh sehingga membuatku tak bisa mengendalikan perasaan ini. 

Kamu tahu hal apa yang membuatku bahagia? Yaitu melihatmu tersenyum karena diriku. Aku merindukan ponselku berdering menerima pesan darimu, aku merindukan saat-saat dimana aku bisa tertawa dengan bahagiannya bersamamu saat kamu memberikan cerita-ceritamu, aku tak peduli itu cerita apa, kamu membawakannya menjadi sangat menarik.

Namun semuanya telah berakhir. Tanpa ada ucapan perpisahan. Tanpa ada kata selamat tinggal dan lambaian tangan darimu. Aku yang dulu mencoba mengobati luka lama dihatimu, dengan tiba-tibanya kamu kembali masuk ke rumah lama. Meninggalkan beribu pertanyaan dalam hatiku. Apa aku terlambat untuk berkata jujur mengenai perasaanku padamu?

Kamu tahu ini terasa aneh bagiku. Dulu kamu dan aku begitu dekat meski tidak ada kejelasan dalam hubungan kita, tapi kini kamu menjauh dengan tiba-tibanya. Aku berpikir begitu keras, apa yang membuatmu pergi? Apa aku masih kurang pantas untukmu? Atau dia yang telah memberikan luka kepadamu memang benar-benar sangat berarti bagimu? Aku tak bisa berkata untuk memintamu kembali padaku.

Aku juga tak bisa memaksamu untuk mengakui semuanya padaku. Karena saat ini tidak ada lagi yang bisa aku harapkan darimu. Harapanku terhadapmu telah mati seiring kepergianmu dari hidupku. Aku tak munafik, kepergianmu sungguh membuatku merasa kehilangan, tapi luka yang kamu beri lebih terasa dari rasa kehilangan itu.

Aku yang dulu terbiasa dengan sapaan manismu, terbiasa dengan perhatiamu, dan terbiasa melihatmu tertawa karenaku, kini harus ikhlas melepaskanmu dengan kesibukanmu yang sesungguhnya aku tahu kesibukan apa yang saat ini sedang kamu jalankan; kembali menyiram bunga lama.

Setelah membuatku nyaman dan jatuh hati lalu pergi tiba-tiba , apakah kamu pernah berfikir sekali tentangku? Pernahkah sekali terlintas dalam benakmu untuk mengatakan seperti apa perasaanmu terhadapku? Ah, tapi rasanya pun akan percuma jika aku tahu seperti apa perasaanmu terhadapku. Karena saat ini kamu telah terpaku. 

Awalnya aku memang tidak terima perpisahan tanpa ucapan ini terjadi. Begitu sulit untuk aku menerimanya dan seringkali aku menangis karena terlalu merindukanmu. Tapi aku mau tidak mau harus menjalani hidupku kembali seperti 2 bulan lalu; tanpamu.

Terimakasih pernah singgah walau hanya sesaat, terimakasih pernah menyembuhkan walau sekarang memberikan luka, terimakasih pernah membuatku tersenyum walau sekarang membuatku biasa saja. Pertemuan singkat antara kamu dan aku biarlah menjadi penambah cerita di dalam hidupku ini. Dan aku berharap kamu bisa menemukan bahagiamu kembali dengannya.

0 komentar:

Post a Comment